Di Sumedang Jawa Barat terdapat banyak masjid dengan salah satu alasan sebagai penyebaran agama islam. Salah satu masjid tersebut adalah Masjid Besar Tegalkalong yang menjadi tempat ibadah umat muslim khususnya diwilayah tersebut. Arsitektur yang melekat dari masjid Besar Tegalkalong Sumedang tak lepas dari sejarah yang terjada pada zamannya. Masjid Besar Tegalkalong Sumedang termasuk salah satu masjid yang unik karena memiliki perpaduan antara Islam dan Tionghoa. Berlokasi di Jalan Sebelas April, Kelurahan Talun, Kecamatan Sumedang Utara ini letaknya tidak jauh dari pusat kota yang hanya berjarak sekitar satu kilo meter.
Pada dulunya daerah Tegalkalong merupakan ibukota dari Kota Sumedang setelah dipindahkan dari Dayeuh Luhur pada tahun 1600-an. Hingga pendopo yang berada di Kecamatan Sumedang Utara pun kononnya merupakan peninggalan pada masa itu. Dikisahkan pada sekitar tahun 1678 tepatnya pada bulan Oktober pernah terjadi serangan kedua kalinya oleh Kesultanan Banten setelah serangan pertamanya gagal pada bulan Maret 1678. Kali itu Kesultanan Banten mempersiapkan kekuatan lebih besar dan bergabung dengan pasukan Bali. Alhasil Sumedang banyak yang menjadi korban dalam pertempuran karena pada saat itu Pangeran Panembahan beserta rakyat Sumedang sedang melaksanakan ibadah shalat Ied. Waktu itu terjadi pada hari raya Idul Fitri pasukan yang dipimpin oleh Cilikwadara dan Cakrayuda membuat Sumedang dilanda masa kelam. Kerabat dari Pangeran Panembahan pun menjadi korban peperangan ini sedangkan beliau mencari perlindungan dan selamat di Indramayu. Kemudian Pangeran Panembahan memindahkan pusat pemerintahan Sumedang ke Regolwetan setelah konflik tersebut mereda.
Terlihat desain masjid yang menarik berasal dari pagarnya bewarna hijau dan di dinding bercat warna putih. Sedangkan atap masjid memiliki kemiripan dengan Masjid Agung Sumedang dengan adanya atap tumpang tindih yang berjumlah tiga tingkat dan pada bagian puncak terdapat mustaka seperti bunga yang sedang mekar. Bangunan masjid Tegalkalong tidak terlalu tinggi dengan jarak dari pintu ke langit-langit hanya sekitar 30 cm. luas bangunan masjid Tegalkalong pun sekitar 378 meter persegi yang dapat menampung jamah hingga berjumlah sekitar 600 jamaah. Hal yang unik dari masjid ini adalah tidak terdapat kubah seperti ciri khas masjid pada umumnya sehingga banyak yang mengira bahwa bangunan tersebut adalah bangunan pemerintahan biasa. Terlebih lokasi masjid Besar Tegalkalong tepat berada di depan kantor Kecamatan Sumedang Utara.
Masjid Besar Tegalkalong pernah mengalami beberapa kali renovasi seperti yang telah disampaikan oleh Dewan Keluarga Masjid (DKM) Tegalkalong, Bachren Syamsul Bachri. Namun ciri khas pada masjid tersebut yaitu atap yang bertumpang dan mustaka tetap dibiarkan tidak ada perubahan sama sekali. Salah satu alasan dari renovasi masjid Besar Tegalkalong adalah dikarenakan kapasitas daya tampung masjid Besar Tegalkalong sudah tidak memenuhi jamaah yang melaksanakan ibadah. Masjid Besar Tegalkalong diubah dengan nama masjid Besar Al-Falah Tegalkalong pada tahun 1985.
Di masjid tersebut juga terdapat berbagai aktivitas dilakukan disana salah satunya adalah pengajian ibu-ibu yang ada setiap hari senin dan hari sabtu pukul 14.00 WIB. Tak hanya itu saja, pada kamis malam juga biasanya ada pengajian yang dilaksanakan oleh bapak-bapak dan di hari sabtunya pada waktu subuh selalu diramaikan dengan pengajian. Pada akhir bulan juga biasanya diselenggarakan pengajian yang dihadiri oleh masyarakat Kecamatan Sumedang Utara.