Jika kita mendengar sebutan “Malta” pasti terasa sangat asing dan kita belum pernah mengetahuinya, namun Malta sendiri merupakan sebuah negara yang berada disuatu pulau di laut mediterania. Negara Malta disebut sebagai Negara Paling Katholik di Dunia, karena memang mayoritas penduduknya beragama Katholik.
Meskipun begitu, di Negara tersebut telah berdiri sebuah bangunan Masjid yang cukup megah di Kota Paola. Nama kota tersebut juga digunakan sebagai penamaan Masjid ini. Selain berdiri sebuah bangunan masjid, ternyata di area tersebut juga berdiri Lembaga Sekolah Islam, dan Pemakaman Khusus Muslim Pertama di Malta.
Masjid Paola menjadi satu-satunya Masjid yang berdiri di Negara Malta, dan sekaligus menjadi satu-satunya simbol peradaban kebudayaan Islam disana. Saat ini penduduk Malta mayoritas beragama Katholik, meskipun pada masa kejayaan Emperium Usmaniyah, mayoritas penduduk Malta merupakan muslim.
Letak masjid ini cukup unik, yaitu berada di puncak Bukit Corradino. Ketinggian tersebut membuat menara Masjid Paola bisa dilihat dari Town Square. Di komplek masjid ini juga terdapat satu lahan pemakaman khusus umat muslim, mengingat dari dulu belum pernah ada pemakaman khusus muslim di daerah tersebut.
Beberapa bagian bangunan di sebelah atas terlihat sedikit menjorok dibandingkan bagian bangunan penopangnya. Lalu bagian atas tersebtu dihiasi dengan warna-warni yang lebih cerah dibandingkan bagian bawahnya, agar kesan megah dapat terjadi.
Pada kawasan Masjid Paola juga dibangun sebuah gedung Sekolah Islam Mariam Al-Batool, dan juga Gedung Sekretariat pengurus masjid. Pembangunan masjid ini dilakukan pada tahun 1978 dan didanai penuh oleh World Islamic Call Society, sebuah yayasan yang bertujuan untuk menyediakan tempat ibadah umat muslim, terutama di negara non-muslim, milik pemerintah Libya yang dibentuk pada masa pemerintahan Muammar Khadafi. Masjid hasil pendanaan dari Muammar Khadafi juga bisa ditemukan di Indonesia, yaitu Masjid Khadafi Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Meskipun bangunan Masjid Paola hanya memiliki satu lantai saja, namun tempat sholat untuk jamaah pria dan wanita tetap dipisahkan dan dibedakan ruangannya. Kedua ruangan tersebut memiliki tempat wudhu dan toilet yang berada di sampingnya.
Meskipun saat ini penduduk muslim di Malta menjadi minoritas, namun kerukunan umat beragama disana begitu kental. Misalnya saja pada saat pelaksanaan hari raya, pihak pengamanan yang dikerahkan pemerintah setempat akan ikut berjaga dan melarang orang-orang katholik berjalan-jalan dengan anjingnya. Beberapa kegiatan muslim pun juga turut mengundang beberapa tokoh agama katolik setempat, begitu juga sebaliknya, karena kerukunan antar umat beragama adalah yang terpenting.
Seperti kebanyakan masjid lain yang berdiri di negara non-muslim, Masjid Paola ini pun juga terbuka untuk umum meskipun pengunjungnya non-muslim, asalkan mau menutup auratnya. Beberapa kunjungan dari berbagai duta besar pun juga pernah dilakukan di masjid ini. Beberapa sekoah non-muslim juga turut memasukkan masjid ini sebagai destinasi wisata religius bagi siswa mereka, agar tidak ada kesalahpahaman yang terjadi.
Yang paling menarik adalah kunjungan dari Uskup Paul Cremoda pada tanggal 26 Februari 2008. Dalam kunjungan tersebut, Uskup disambut dengan meriah oleh para murid-murid madrasah, dan juga beberapa tokoh muslim lainnya. Bahkan, pada saat kunjungan terjadi, Uskup Paul Cremoda menyempatkan diri untuk berdoa bersama didalam masjid menghadap kiblat bersama-sama dengan imam Muhammad Elsadi. Dari sini sudah bisa dilihat bahwa keharmonisan dan kerukunan antar umat beragama Malta dapat terjalin dengan baik hingga kini.