Salah satu masjid yang terkenal di Aljazair adalah masjid Al-Jadid ataupun dalam bahasa Inggris disebut juga dengan nama The Djama’a Al-Djedid. Sedangkan masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Djama’a al-Jadid dan dalam bahasa Turki disebut dengan nama Yeni Camii. Masjid Al-Jadid memiliki arti Masjid Baru, namun meskipun memiliki arti kata ‘baru’ sebenarnya masjid di kota Aljir ini merupakan masjid yang sangat kuno, tepatnya di ibukota Al-Jazair.
Masjid Al-Jadid mulai didirikan pada taun 1660 M atau 1770 Hijriyyah atau ketika saat itu Aljazair sedang dalam kekuasaan Prancis. Pada saat itu juga masjid tersebut dikenal dengan nama Mosquee de la Pecherie atau dapat diartikan dalam bahasa Indonesia memiliki arti Masjid di dermaga nelayan atau dalam bahasa Inggrisnya the Mosque of the Fisherman’s Wharf.
Dilihat dari bangunan masjid, masjid Al-Jadid memiliki kubah yang cukup tinggi hingga mencapai 24 meter. Kubah tersebut ditopang dengan empat pilar dengan dasar bundar untuk menyangganya dan dilengakapi dengan tatakan seperti umpak. Disetiap bagian penjuru masjid terdapat empat kubah setengah bundar dengan dasar octagonal yang menutupi ke empat penjuru masjid tersebut.
Tahun pembagunan masjid Al-Jadid ini dapat dilihat dari sebuah plakat yang ditempatkan di atas pintu masuk utama masjid Al-Jadid. Disana disebukan bahwa masjid tersebut telah dibangun pada tahun 1770 Hijriah atau tahun 1660 Masehi oleh Gubernur Aljazair yang ditunjuk Pemerintahan Dinasti Usmaniyah yang berada di Istanbul Tukri, beliau adalah Haji Habib. Hal tersbut memiliki sebuah alasan karena wilayah Aljazair pada masa itu dalam kekuasaan Dinasti Usmaniyah. Haji Habib juga merupakan anggota dari pasukan khusus Infanteri Dinasti Usmaniyah yang disebut dengan Janissary atau Yanisari atau dalam bahasa Turki disebut dengan Yeniceri. Nama itu memilik arti sebagai ‘Pasukan Baru’.
Pasukan Janissary merupakan pasukan yang sangat elit dan pasukan itu adalah pasukan pertama di Eropa yang dibentuk pada masa kekuasaan Sultan Murad I pada tahun 1362 hingga 1389. Pasukan elit tersebut adalah pasukan pengawal pribadi Sultan dan sudah dilatih dengan kemampuan yang sangat khusus sebagai pasukan yang memiliki loyalitas tinggi ke pada Sultan Murad I dan sangat patuh terhadap perinta beliau.
Dilihat dari bangunanya, masjid Al-Jadid memiliki arsitektur seperti masjid-masjid Usmaniyah, baik dari bentuk struktur bngunan hingga ornamennya bergaya masjid Usmaniyah. Tetapi karena tempat masjid tersebut di Aljazair, sentuhan dari budaya lokal pun turut mempengaruhu masjid Al-Jadid.
Karena perpaduan dari gaya masjid Usmaniyah dengan budaya lokal menjadikan masjid Al-Jadid terlihat unik termasuk juga pengggunaan beberapa elemen dari gaya asitektur Italia dan Andalusia yang pada saat itu juga sangat berpengaruh di kawasan Afrika Utara.
Masjid ini berada di ujung barat dari Place des Martyrs dan pada sisi kiblatnya bersebelahan dengan sisi utara dari Boulevard Amilcar Calbar yang merupakan sebuah tempat dimana sekitar arah 70 meter ke arah timur dari masjid ini adalah Masjid Agung Aloravid Aljazair atau The Almoravid Grand Mosque of Algeirs.
Masjid Al-Jadid memiliki lebar yang berukuran 27 meter dan panjang yang berukuran 48 meter. Banguannya sendiri sedikit miring 28 derajat menyesuaikan dengan arah kiblat. Pada bagian bawah kubah utama masjid yang berdiameter 10 meter ini terdapat mimbar atau mihrab masjid. Tembok luar dan kubah masjid AlJadid di cat menggunakan warna putih sehingga terliht keseluruhun bangunan ini berwarna putih. Namun pada menara masjid berdenah segi empat seperti gaya Afrika Utara. Dengan keunikan bangunan masjid Al-Jdid ini menjadikan masjid tersebut populer ingga ke berbagai wilayah lainnya.