Salah satu masjid yang terkenal di Sarajevo adalah masjid Gazi Husrev-Beg. Terkadang masjid tersebut dikenal dengan nama masjid Gazi Husref Bey Dzamiya, Begova Dzamiya, Gazi Husref Begova Complex bahkan seringkali disingkat dengan nama masjid Beg’s saja. Masjid ini juga merupakan tertua yang berada di Sarajevo.
Nama masjid ini sesuai dengan nama sanga pendiri masjid tersebut yang bernama Gazi Husrev-Beg pada tahun 1480 hingga tahun 1541. Beliau merupakan seorang Gubernur ke 2 dari provinsi Bosnia di tahun 1530 hingga tahun 1531. Pada masa itu, wilayah tersebut merupakan bagian dawi wilayah kekhalifahan Islam Emperium Usmaniyah yang berpusat di Turki. Gubernur Gazi Husrev-Beg sangat dihormati dan disegani oleh warganya disana karena berkat jasanya beliau mampu mengubah ‘Kampung Sarajevo’ menjadi ‘Kota Sarajevo’ dengan begitu indah dan megah.
Masjid Gazi Husrev-beg berada di daerah Bascarsija yang tidak jauh dengan The Emperor Mosque. Masjid ini merupakan salah satu bentuk bangunan mewah dan megah dengan kebesaran asentuhan gaya Emperium Usmaniyah di wilayah semenanjung Balkan. Bangunan masjid yang kini berdiri kokoh adalah bagian dari hasil restorasi masjid pada tahun 1996 karena terdapat beberapa kerusakan parah setelah terjadi serangan brutal oleh etnis Serbia terhadap Bosnia pada tahun 1992 hingga tahun 1995. Kejadian kelam tersebut telah menewaskan ratusan bahkan ribuan umat muslim yang berada di Sarajevo dan bagian kota lain di negara Bosnia and Herzagovina. Kegiatan keji tersebut dilakukan oleh rezim Yugoslavia dan akhirnya runtuh pada tahun 1995 oleh serangan dari pasukan perdamaian PBB. Pada akhirnya masyarakat muslim kembali berani untuk menempati tempat tinggalnya, karena pada saat insiden tersebut banyak dari umat muslim di Sarajevo yang mengungsi ke berbagai negara tetangga.
Saat ini keindahan serta kemegahan masjid Gazi Husrev-Beg tak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah umat muslim disana tetapi juga menjadi salah satu tempat wisata religi serta objek wisata sejarah utama di kota Sarajevo. Bahkan atas kerja sama dan kerja kerasa dalam pembangunan masjid tersebut mendapatkan pujian dari berbagai pihak hingga dari non muslim sekalipun.
Menurut sejarah, di semenanjung Balkan para penduduk disana sangat cepat dan mudah menerima kehadiran islam. Sehingga Bosnia sendiri menjadi pusat utama bekas wilayah Usmaniyah yang memiliki banyak peninggalan arsitektural yang nilainya sangat tinggi. Tak hanya bangunan masjid, selain itu juga ada perpustakaan, jembatan hingga pemandian umum dan tempat lainnya. Dan masjid Gzi Husrev-Beg adalah salah satu peninggalan sejarah yang sangat penting pada masa keemasan Khalifah Emperium Usmaniyah di Semanjung Balkan.
Dibagian komplek masjid Gazi Husrev Beg terdiri dari berbagai bangunan Madrasah, Sekolah Al-Qur’an, Bazaar hingga Klinik Kesehatan serta beberapa bangunan lainnya. Gubernur Gazi Husrev sangat berperan besardalam pembangunan dan pengembangan dari kota Sarajevo yang begitu besar disamping dari segi arsitekturnya yang menarik. Dana perawatan untuk masjid ini berasal dari para pengurusnya dan ditunjang dari berbagai perusahaan pertanian setempat. Sehingga meskipun sudah dibangun sejak lama namun masjid Gazi Husrev-Beg masih sangat terawat baik hingga saat ini.
Salah seorang perancang masjid ini bernama Ajem Esir Ali yaitu seorang lulusan sekolah arsitek Hajrudin Istambul. Pada awalnya beliau adalah seorang tawanan dari pasukan Usmaniyah saat menyerbu ke Persia yang dibawa ke Istambul sehingga beliaumenjadi seorang kepala arsitek kekhalifahan Emperium Usmaniyah. Masjid Gazi Husrev-beg adalah salah satu rancangan dari arsitek lulusan dari Hajrudin.
Bagian arsitektural Masjid Gazi Husrev – Beg ini dibangun dengan cukup unik karena menggunakan beberapa batu-batu besar yang kemdian dipotong menggunakan teknologi yang ada pada masa itu. lalu bangunannya dibangun dengan denah segi empat, dengan atap utama yang ditutup kubah besar dengan jari-jarai sekitar 13 meter, dan ketinggian 26 meter.
Bagian pintu utama masjid diapit oleh dua sayap portiko atau serambi yang langsung menuju kepada ruang utama sholat. Pintu utamanya dilengkapi dengan ornamen seperti pada sebuah mihrab yang disebut dengan Gerbang Iwan Kiblat. Ditambah juga dengan 5 buah kupola atau kubah yang menutup keseluruhan portiko atau serambi yang ditopang oleh 5 pilar yang masing-masing terbuat dari bahan baku batu pualam. Sisi masing-masing kubah dibentuk dengan sangat apik, dengan beberapa susunan kaligrafi dan susunan staklatit dan ukiran ornamen kaligrafi yang diletakkan disetiap bagian pojokannya.
Selain pintu utama yang dihiasi dengan Gerbang yang mirip sebuah mihrab, ternyata disebelah kanan dan diri masjid juga dilengkapi dengan sebuah mihrab dan balkoni. Pada ukiran didalam masjid dengan huruf tuluth diterangkan bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1531 M atau 937 H.
Pada bagian Mihrab masjid dihiasi berbagai ornaman dengan beberapa susun muqarnas seperti susunan staklatit, yaitu beberapa batu yang tergantung dan tersusun secara rapi dibagian atas. Bahan baku muqarnas yang memenuhi ornamen masjid ini dibuas dari batu pualam dengan ukiran dan polesan yang sangat halus.
Pada sisi kanan dari pintu masuk utama, ada dua lantai mezanin yang disebut Mahfil. Mahfil dimasjid ini berfungsi sebagai tempat muadzin / jamaah lain yang akan mengulang suara imam sholat dengan suara yang lebih keras, agar seluruh ruangan dapat mendengar seluruh instruksi imam yang memimpin sholat. Meskipun sudah ada pengeras suara yang akan mempermudah hal tersebut, namun masjid ini tetap menerapkan sistem lawas tersebut, sekaligus untuk mengenang seluruh kegiatan pada masa lampau.
Sedangkan pada sisi kiri pintu utama, dibangun sebuah masqurah, atau ruang yang memang dikhususkan untuk para tamu umaro dari suatu pemerintahan seperti Gubernur, Sultan, Khalifah, maupun presiden yang menunaikan ibadah sholat di masjid ini. Masqurah seperti ini juga dapat ditemukan dibeberapa masjid tua kesultanan di Indonesia, seperti pada Masjid Gedhe Yogyakarta.
Seluruh bangunan masjid sebenarnya masih asli kecuali pada bagian Jendela karena memang sudah mengalami kerusakan dan harus dilakukan renovasi. Dekorasi neo-klasih juga turut diimplementasikan pada masjid ini. Kemudian pada halaman tengah dibangun sebuah pancuran air yang digunakan untuk berqudhu. Masjid Gazi Husrev Beg juga dilengkapi dengan sebuah menara yang menjulang setinggi 36 meter.
Selain itu ada beberapa fasilitas lain yang dimiliki masjid ini yaitu sebuah madrasah yang dibangun juga dengan bahan baku potongan batu alam. Pembangunan madrasah sebagai sarana pendidikan terseut dibangun pada tahun 1537 M atau 944 H, dengan karya seni yang tidak kalah dengan bangunan masjid utama.
Kemudian, ada juga fasilitas pusat perawatan kesehatan dan dapur umum yang juga dapat digunakan oleh para jamaah sebagai fasilitas penunjang. Lalu, terdapat pula sebuah perpustakaan yang berisi koleksi buku, manuskrip serta dokumen-dokumen wakaf.
Diarea komplek makam juga terdapat Makam Pendiri Masjid, Gubernur Gazi Husrev-Beg yang berada di sebelah timur masjid. Makam tersebut juga dihias sedemikian rupa dengan bentuk oktagonal, dan berbedan hexagonal.
Masjid ini memang pernah mengalami restorasi dari kerusakan yang terjadi selama peperangan yang terjadi di semenanjung balkan. Namun restorasi yang dilaksanakan pada tahun 1996 tersebut tetap memperhatikan arsitektur asli dari bangunan, sehingga bagian sejarahnya pun dapat dipertahankan.