Masjid Jami’ Delhi atau biasa disebut dengan “The Jama Masjid o Delhi”, merupakan masjid jami’ / raya yang terletak di Kota Delhi Tua. Masjid Jami’ Delhi menjadi salah satu warisan sejarah yang sangat panjang, yaitu dari Sultan Shah Jehan, Sultan dari Keultanan Mughal yang sangat “Tergila-gila” dengan bangunan Masjid Taj-Mahal.
Pertama kali dibangun pada tahun 1644 M dan selesai pada tahun 1658 M dan berlokasi pada area tersibuk di Kota Delhi Tua, Bazaar Road. Selain menjadi salah satu masjid tertua di India, Masjid Jami’ Delhi juga menjadi Masjid terbesar di India.
Sejarah Masjid Jami’ Delhi
Masjid Jami’ delhi dibangun pada tahun 1644 M oleh Sultan Shah Jahan, yang merupakan Sultan ke-5 dari Dinasti Mughal. Kesultanan Mughal sendiri sudah mewariskan banyak sekali bangunan masjid bersejarah yang indah dan tak lekang oleh waktu.
Pada saat masa kekuasaan Sultan Shah Jahan, kekuasaan dinasti tersebut sangat luas, bahkan mencakup wilayah India, Pakistan, Bangladesh dan juga Afganistan. Kesultanan Mughal pada masa kejayaannya banyak sekali meninggalkan bangunan masjid prasejarah seperti Masjid Jami’ Agra, Masjid Jami’ Ajmer, dan Masjid Jami’ lahore.
Desain arsitektur bangunan masjid ini sangat mirip dengan desain Masjid Jami’ Fatehfur, namun ukurannya hanya lebih besar, sedangkan bodi bangunannya memang lebih besar. Pembangunan masjid ini dimulai pada tanggal 19 Oktober 1650 dan melibatkan hingga 5,000 orang didalam perkerjaannya. Pada saat itu, pembangunan masjid ini menghabiskan dan asekitar 19 Lakh atau 1 Juta Rupee.
Bangunan Masjid Jami’ Delhi ini selesai dan diresmikan pada tahun 1656 Masehi, dan menjadi masjid terakhir yang didirikan oleh Sultan Shah Jahan.
Ada beberapa hal ynag sangat diperhatikan Sultan dalam sesi pembangunan masjid ini, yaitu :
- Pembuatan Kaligrafi Al-Qur’an yang harus dibuat dengan teliti, sehingga menghasilkan pemandangan yang apik.
- Pembuatan Mimbar untuk masjid, yaitu tinggi mimbar harus lebih tinggi dari singgasananya di Red Fort.
Arsitektural Masjid Jami’ Delhi
Masjid Jami’ Delhi memiliki 3 gerbang utama yang diletakkan di sisi timur, utanra dan selatan. Pada zaman dahulu, Gerbang Timur menjadi gerbang utama sebagai akses masuk untuk para jamaah. Namun saat ini Gerbang Timur hanya dibka pada saat hari Jum’at saja.
Dibagian samping bangunan utamanya terdapat 2 menara setinggi 41 meter, memiliki lima lantai dan salah satunya dilengkapi dengan balkoni sebagai tempat bagi muadzin untuk mengumandangkan adzan. Selain itu, ada empat menara kecil yang sengaja dibangun dibagian belakang masjid untuk menambahkan efek megah pada bangunan tersebut. ketiga gerbang sebagai jalur akses utama para jamaah akan mengantarkan kita langsung pada pelataran luas sekitar 1,200 meter persegi, dan mampu menampung hingga 100 ribu jamaah, jika pada bagian dalam masjid sudah tidak muat lagi.
Dipelataran tersebut juga terdapat taman-taman, dan juga kolam air mancur untuk memberikan kenyamanan dalam beribadah. Pada bangunan utama masjid ada tigak buah kubah besar yang dihias dengan batu pualam putih. Ketiga kubah ini dibuat benar-benar mirip bawang secara utuh, hal inilah yang kemudian menjadi salah satu ciri khas masjid Jami ini.
Bangunan utama masjid ini memiliki 8 pintu akses masuk yang tersebara diberbagai penjuru bangunan. Lalu jika kita masuk kedalam bangunan utama, akan ada satu ruangan yang memiliki luas 61 x 27 meter, dengan 11 lengkungan yang ada pada bangunan tersebut. jika diteliti secara seksama, masjid ini mengadopsi arsitektur arab dan eropa yang dipadukan secara apik.