Masjid jami’ Kebon Jeruk terletak di Jln. Hayam Wuruk, Desa Maphar, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta. Masjid ini merekam sejarah kiprah muslim Tionghoa di Indoneia di beberapa bagian masjid yang sangat indah dengan seni khas masyarakat Tionghoa.
Masjid Jami’ Kebon Jeruk juga menjadi salah satu masjid tua yang berada di daerah Jakarta, karena dibangun pada masa-masa penjajahan Belanda. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Chau Tsien Hwu atau biasa dikenal dengan Tschoa pada tahun 1786 M, yaitu seorang muslim kaya berdarah Tionghoa yang hidup pada masa itu. Pada awal dibangun, masjid ini hanya berupa Surau atau Musholla yang kecil, karena memang pada saat itu masih digunakan oleh beberapa orang saja.
Pada samping masjid tua yang masih berdiri saat ini, terdapat makam tua bertuliskan “Hsienpi Men Tsu Now” atau jika dalam bahasa Indonesianya adalah Makam China dari Keluarga Chai. Makam tersebut adalah makam Fatimah Hwu, Istri dari Chau Tsien Hwu.
Surau atau Musholla Kecil pada masa itu, kini menjadi sebuah masjid yang besar, dan masih berdiri kokoh sampai saat ini. Masjid ini sekaligus menjadi saksi bisu tentang perjalanan masyarakat etnis Tionghoa yang berada di Indonesia, terutama di Jakarta.
Masjid Jami’ Kebon Jeruk juga menjadi masjid pertama kali yang didirikan oleh etnis Tionghoa, dan sampai saat ini sudah berumur lebih dari 200 tahun. Meskipun sudah tua, ternyata sampai sekarang masjid ini masih padat oleh jamaah yang melaksanakan sholat berjama’ah, apalagi pada waktu sholat Jum’at. Bukan hanya dari warga lokal saja yang sering datang mengunjungi masjid ini, namun wisatawan dari Pakistan, India, Arab Saudi, serta Malaysia juga sering mengunjungi masjid dengan nilai sejarah yang tinggi ini.
Karena merupakan peninggalan bersejarah yang sudah berumur ratusan tahun, pada tanggal 10 Januari 1972, pemerintah DKI Jakarta, Dinas Museum dan Sejarah menetapkan Masjid Jami’ Kebon Jeruk – Jakarta Barat ini menjadi salah satu monumen sejarah yang harus dilestarikan dan dilindungi bersama.
Menurut sejarah, Chau Tsien Hwu, Pendiri masjid ini berasal dari Sin Kiang, Tiongkok, yang mengungsi ke Indonesia karena pada saat itu terjadi penindasan dari pemerintah kepada rakyat di Tiongkok. Sesampainya di Batavia / Jakarta, Chau Tsien Hwu bersama dengan teman-temannya menemukan Musholla kecil yang sudah tidak terawat dan hampir roboh. Akhirnya mereka sepakat untuk membangun ulang Surau tersebut menjadi sebuah Masjid dengan nama Masjid Kebon Jeruk. Dinamai Kebon Jeruk karena memang pada saat itu lokasi berdirinya Masjid berada di sebuah kebun yang di penuhi dengan pohon jeruk.
Diketahui bahwa Surau yang saat ini menjadi Masjid Jami’ Kebon Jeruk telah berdiri sejak tahun 1448 Masehi. Dengan bangunan yang berbentuk bulat, memiliki 4 tiang, dan atap daun nipah, serta beberapa ukiran dibagian interior surau-nya. Sampai saat ini tidak diketahui siapa yang mendirikan surau tersebut.
Selain terkenal dengan nilai sejarahnya yang tinggi, masjid Jami’ Kebon Jeruk juga terkenal dengan kegiatan Tabligh dan Dakwah Islam di Indonesia. Masjid ini dijadikan pusat perkumpulan Jamaah Tabligh yang bahkan sampai saat ini selalu berkeliling daerah seluruh nusantara untuk terus menyebarkan syiar ajaran islam yang benar.
Hal yang unik dari masjid ini terjadi pada bulan Ramadhan, dimana banyak sekali orang-orang berdatangan dari berbagai penjuru negeri, bahkan ada beberapa yang datang dari mancanegara, untuk bermukim di masjid tersebut selama bulan Ramadhan berlangsung atau biasa di sebut dengan Pondok Romadhon.
Selama bulan Romadhon tersebut mereka isi dengan kegiatan-kegiatan yang bisa meningkatkan iman, seperti Shalat Dhuha, Tahajud, Isra’, Membaca Al-Qur’an dan lain-lain. Keunikan lainnya terjadi pada saat berbuka puasa, para jamaah akan berkumpul dan menikmati hidangan secara bersama-sama pada sebuah nampan. Hal ini dimaksudkan untuk meniru Sunah Nabi Muhammad SAW, serta untuk merekatkan kebersamaan diantara para jamaah.