“Masjid Jami Vientiane” atau dalam bahasa Laos disebut dengan “Vientiane Jamia Masjid” berdiri di Ban Xengyen near The Fountain (Namphu), Downtown District Chanthaburi Vientiane, Vientiane, Laos. Sedangkan Republik Demokratik Rakyat Laos menjadi salah satu negara anggota Asean yang lokasinya terjepit ditengah semenanjung Indochina.
Dalam urusan perpolitikan, Republik Demokratik Rakyat Laos (atau kita akan menyebutnya Laos saja) memang cukup tertutup, karena rezim yang menguasainya sampai saat ini adalah rezim Komunisme. Meskipun negara tersebut secara totalitas adalah negara Komunisme / anti tuhan, namun ada sekelompok kecil umat Islam yang tinggal dengan damai diantara masyarakat di negara Laos. Ternyata kebebasan beragama juga tetap diberikan yang dituangkan dalam Dekrit Perdana Menteri Nomor 92, tahun 2002, yang berisi tentang ketentuan kebebasan beragama di negara komunis tersebut. Sangat mencengangkan bukan, ada negara Komunis yang notabene anti tuhan, namun tetap memberikan kebebasan beragama di Negaranya.
Penduduk Laos secara keseluruhan berjumlah sekitar 7 – 10 juta jiwa, kemudian ada sekitar 800 hingga 1000 jiwa yang memeluk agam islam. Dari sini bisa kita lihat bahwa dari seluruh negara Asean, hanya Laos saja yang memiliki minoritas paling kecil dari umat muslim. Dari keseluruhan wilayah Laos, hanya terdapat 2 masjid saja, dan keduanya terletak di Kota Vientiane. Masjid tersebut adalah Masjid Al-Azhar (yang sudah dibahas sebelumnya), dan Masjid Jami’ Vientiane (yang akan kita bahas kali ini).
Lokasi Masjid Jami’ Vientiane terletak di jantung kota Vientiane, tepatnya dibelakang Hotal Langxaneg, dan juga Restoran Fathima. Lokasinya juga tidak terlalu jauh dari Nam Phou Fountain (Air Mancur Nam Phou) yang menjadi kebanggaan kota Vientiane. Di kawasan tersebut juga terdapat beberapa bangunan penting, seperti Kantor Polisi lalu lintas, Perpustakaan Nasional, dan Kantor Konsulat Perancis. Akses untuk menuju masjid juga lumayan mudah, yaitu dari Air Mancur Nam Phou hanya berjarak sekitar 40 meter saja.
Masjid Jami’ Vientiane juga pernah menjadi tujuan khusus bagi para Atlet Muslim dari seluruh asia yang mengikuti laga Sea Games Laos pada tahun 2009 lalu. Seperti kebanyakan masjid yang berada di wilayah non-muslim, para pengurus masjid dan para jamaahnya sangat ramah terhadap setiap pengunjung yang datang, meskipun pengunjung yang beragama non-muslim.
Meskipun ukurannya yang lumayan kecil, namun masjid ini juga tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah saja, namun ada beberapa kegiatan penting lainnya seperti Pendidikan Membaca dan Menulis Al-Qur’an untuk anak-anak, kemudian ada pendidikan Aqidah Islam dan pelajaran tata cara sholat yang baik dan benar menurut syariat islam. Kegiatan pendidikan tersebut diadakan setiap hari Sabutu dan Hari Kamis pada pukul 19.00-20.30.
Sedangkan untuk bagian arsitekturnya, Masjid Jami’ Vientiane dibangun dengan seni bina bangunan khas mughal, namun dengan bagian menara yang kecil diletakkan di atap masjid. Masjid khas seperti ini hampir serupa dengan masjid-masjid lainnya di seluruh wilayah Asia Tenggara. Pada lantai dasar masjid, disediakan ruang dapur umum, sedangkan untuk area sholat diletakkan di lantai atas. Papan nama yang ditujukan untuk masjid ini juga lumayan unik, karena dituliskan dalam 4 bahasa sekaligus, yaitu Bahasa Laos, Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan juga Bahasa Tamil.
Masjid Jami Vientiane juga memiliki sejarah yang hampir sama dengan Masjid Al-Azhar, yaitu dibangun oleh para saudagar yang sudah sukses diwilayah laos pada sekitar abad ke-19 yang berasal dari beberapa wilayah seperti India, Bangladesh dan lain sebagainya.