Salah satu masjid yang menjadi daya tarik bagi wisatawan luar khususnya adalah masjid Jami’atul Khair. Masjid Jami’atul Khair berada di Kalimantan Barat, tepatnya berlokasi di Kampung Pedalaman Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Masjid ini memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan salah satu masjid yang sudah lama dibangun danmerupakan masjid kerajaan dari Kesultanan Mempawah. Karena sudah berumur sangat tua yaitu pertama kali didirikannya pada tahun 1906 oleh Mohammad Atufik Akamuddin yaitu seorang Panebahan Mempawah. Karena masjid ini merupakan masjid sebuah kerajaan maka lokasinya pun tidak jauh dari keraton Amantubillah.
Yang menarik dari bangunan masjid ini karena berada di tepian sungai Mempawah dengan bertujuan agar masyarakat yang akan melaksanakan ibadah atau sekedar mengunjungi masjid Jami’atul Khair mudah memasuki masjid tersebut. Karena pada saat itu transportasi darat belum ada hanya mengandalkan sungai.
Mempawah terkenal dengan julukan Bumi Galahherang. Nama Mempawah sendiri diambil dari slah satu kerajaan yang bernah berkuasa di daerah tersebut. Maka digunakanlah nama Mempawah sebagai salah satu Kabupaten di Kalimantan Barat. Luas Kabupaten Mempawah mencapai 254.40 km dan merupakan jalur perdagangan antara Pontianak, Singkawang dan Sambas. Tak heran tempat ini selalu ramai oleh para pedagang.
Pada abad ke 17 pernah berdiri sebuah kerajaan di Mempawah yang dipimpin oleh Opu Daeng Menambon. Sejarah dari kerajaan tersebut dapat ditemukan berupa makam sang Raja yang berada sekitar 5 km dari desa Pasir Kecamatan mempawah Hilir. Makam Opu Daeng Menamben berada di atas bukit jika ingin berziarah kesana maka harus melewati anak tangga yang telah disiapkan. Opu Daeng Menambon juga seorang Raja pertama yang memiliki gelar Pangeran Mas Surya Negara. Beliau wafat pada tanggal 26 Syafar 1175 H.
Perlu diketahui bahwa masjid Jami’atul Khair sebenarnya telah mengalami perpindahan bangunan sebanyak tiga kali. Ketiga tempat tersebut antara lain Kampung Siantan, Kampung Brunai dan Kampung Pedalaman. Bangunan masjid Jami’atul Khair yang berdiri saat ini merupakan bangunan kedua karena bangunan sebelumnya pernah terbakar. Tempatnya pun dekat dengan Istana Amantubillah sehingga siapaun yang mengunjungi istana psti mampir untuk mengunjungi masjid Jami’atul Khair juga. Tak hanya sekedar mengunjungi masjid saja, mereka juga biasanya melaksanakan ibadah disana lalu menikmati keindahan sungai Mempawah di dekat masjid Jami’atul Khair.
Masjid Jami’atul Khair memiliki panjang yang kurang lebih mencapai 40 meter dan lebarnya mencapai 30 meter. Untuk membuat fondasi masjid, bangunan ini menggunakan tongkat yang berjenis belian. Pada awalnya dibawah bangunan masjid ini atau kolong masjid masih belum terdapat apa-apa, namun sekrang bagian bawah masjid telah di beri dinding dan di semen agar kolong tersebut tidak terlihat oleh siapapun.
Masjid Jami’atul Khair sendiri dapat menampung jamaah hingga berjumlah 800 orang jamaah.lantai masjid ini masih menggunakan papan belian yang sangat awet meskipun usianya sudah lama. Kemudian seiring berjalannya waktu, masjid Jami’atul Khair mengalami perbaikan. Salah satunya terdapat pada bagian atap masjid yang telah diganti menggunakan seng yang awalnya menggunakan atap sirap dari belian juga. Namun meskipun terjadi perubahan, tetapi bentuk aslinya masih dipertahankan hingga sekarang. Terdapat dua kubah dengan atap paling atas berbentuk limas serta pada atas kubah tersebut ada tempayan kendi. Dilihat dari bangunannya, meskipun tidak terlalu megah dan mewah, tetapi masjid Jami’atul Khair didominasi warna hijau sehingga terlihat sangat sejuk. Meskipun telah mengalami perubahan, namun bentuk asli dari bangunan ini tetap dipertahankan.