Masjid Jummah yang terletekan di Port Louis, Mauritius dai awal dibangun hingga sekarang menjadi salah satu Landmark penting kota tersebut. Tepatnya berada di Royal Road, A1, Queen St, Port Louis, Mauritius.
Masjid Jummah terkenal dengan aspek sejarahnya yang panjang, serta arsitektural dan lokasi yang strategis. Tak heran jika masjid ini merupakan salah satu destinasi wisata religi bagi masyarakat sekitar, baik muslim maupun non-muslim. Para wisatawan dapat menikmati seluruh detail eksterior dan interior masjid yang memukau, maupun hanya sekedar ingin menikmati kota Port Lous dari atap masjid. Masjid ini dibuka untuk umum setiap harinya kecuali pada waktu sholat fardhu.
Masjid Jummah juga merupakan masjid yang pertama kali di bangun pada kota tersebut, diikuti oleh Masjid Malabar Town yang dibangun dengan ukuran yang lebih kecil, dan hanya memiliki daya tampung sekitar 100 jamaah saja. Masjid Jummah juga telah mendapatkan penghargaan sebagai masjid terindah yang ada diseluruh negara Mauritius.
Menurut sejarah yang beredar, masjid ini memiliki perjalanan yang cukup lama dan sudah berumur lebih dari 150 tahun. Lokasinya berada di sebelah duas jalan Royal Street yang berdekatan dengan China Town di Kota Port Louis. Sejak pertama kali dibangun hingga saat ini, masjid Jummah telah memainkan peranan penting bagi masyarakat muslim yang berada di Mauritius.
Masjid ini dibangun pada tahun 1850 dan mengambil tempat bekas rumah kediaman seorang ulama daerah Kutch India, Jama Shah. Beliau mewakafkan sendiri rumahnya untuk kemudian dijadikan sebagai bangunan masjid. Setelah beliau wafat, jenazahnya dimakamkan disamping masjid dengan hiasan balutan batu pualam.
Akhirnya pada tahun tersebut, masjid ini dibangun oleh komunitas pedagang muslim di Port Louis dengan gaya arsitektur perpaduan dari India, Creole serta Seni Bina Islam.
Akhirnya pembangunan masjid ini selesai pada tahun 1853, namun pada saat itu hanya berukuran kecil dan hanya mampu menampung sekitar 200 orang jamaah saja. Kemudian masjid tersebut dihias sedemikian rupa oleh Bacosse Sobedar, salah satu keturunan arab, sehingga untuk beberapa tahun masjid tersebut dikanal dengan “Mosquee des Arabes” atau “Masjidnya Orang Arab”. Bangunan masjid tersebut yang sampai saat ini menjadi awal dari masjid Jummah Port Louis Mauritius.
Seiring berjalannya waktu, penyebaran Islam di Port Louis semakin bertambah dengan pesat, dan mengharuskan perluasan area masjid karena jamaah yang bisa ditampung sudah melebihi kapasitas. Akhirnya pada tahun 1857 dan 1877, para pedagang yang terkumpul dalam komunitas pedagang muslim mauritius kembali melakukan pembelian lahan seluas ¾ hektar seharga Rs 134.260, kemudian diwakafkan kembali untuk perluasan bangunan masjid.
Dana yang dikumpulan sebesar itu berasal dari Rs. 2 yang selalu disisihkan oleh para pengusaha gandum disana, mereka selalu menyisihkan sejumlah tersebut pada setiap transaksi sekarung gandum yang berhasil mereka jual. Karena itu butuh waktu bertahun-tahun sampai dana tersebut berhasil dikumpulkan. Kemudian dalam satu dokumen juga dijelaskan bahwa keseluruhan lahan yang saat ini menjadi milik masjid Jummah adalah hasil jerih payah dari keseluruhan komunitas muslim di Mauritius.
Lalu pada tahun 1878, perluasan bangunan masjid dimulai dibawah pengawasan Jackaria Jan Mahomed, kemudian para arsitektur dipimping oleh Ishaq Mistry, dan mayoritas material bangunan di datangkan langsung dari India.
Namun, pada saat itu pembangunan masjid sempat tertunda sampai pada 1895 karena para pekerja sempat terkena wabah penyakit, dan juga kekurangan bahan material bangunan. Berkat semangat pantang menyerah dari Komunitas Mauritius, akhirnya Masjid Jummah berhasil dibangun dengan megah mengadopsi arsitektur Bangsa maroko, dan Seni Bina Bangunan Mughal, India.