Di Jakarta terdapat sebuah bangunan masjid yang memiliki sejarah tak terlupakan. Masjid tersebut bernama masjid Langgar Tinggi Pekojan. Masjid tersebut berada di Jalan Pekojan Raya No. 43 Kelurahan Pekojan Kecamatan Tembora Jakarta.masjid Langgar Tinggi ini merupakan bangunan masjid yang sudah sangat tua serta menjadi sebuah warisan sejarah Kota Jakarta. Pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 1249 H atau 1829 M oleh seorang muslim dari Yaman yang bernama Abu Bakar. Beliau membangun masjid Langgar Tinggi diatas sebuah tanah wakaf dari Syarifah Mas’ad Barik Ba’Alwi.
Namun dengan seiringnya zaman bangunan masjid Langgar Tinggi diperluas menyesuaikan dengan kapasitas jamaah masjid yang kian banyak. Perluasan masjid tersebut dilakukan oleh Said Naum. Tak hanya masjid Langgar Tinggi saja yang merupakan bangunan masjid tua di Jakarta tetapi terdapat juga bangunan masjid yang usianya sudah lama bernama masjid Jami’ Annawier yang lokasinya juga tidak jauh dari masjid Langgar Tinggi.
Sejarah pembangunan masjid Langgar Tinggi ini dimulai pada abad ke 19 yang pada saat itu di Kali Angke merupakan tempat yang lumayan strategis. Karena tempat tersebut merupakan jalur perdagangan dan transportasi utama di Jakarta, yang pada saat itu bernama Batavia. Dan Abu Bakar Shihab adalah salah satu saudagar muslim yang hilir mudik di sungai tersebut. Lalu beliau membangun sebuah masjid dengan dua lantai di tepian Kali Angke.
Masjid Langgar Tinggi dibangun dengan luas lantai yang berukuran dasarnya 8 meter x 24 meter. Fungsi dari kedua lantai tersebut berbeda. Pada bagian lantai atas digunakan sebagai tempat untuk melaksankan ibadah sedangkan bagian bawah digunakan untuk para pedagang yang hilir mudik di tempat itu untuk beristirahat hingga menginap disana. Serta sebagian lagi digunakan untuk tempat bagi pengurus masjid. Kebanyakan dari mereka para pedagang menggunakan perahu atau rakit sebagai alat transportasi. Namun sekarang pada bagian lantai bawah digunakan sebagai area penjualan yang berisi dagangan seperti took perangkat shalat, buku-buku agama serta berbagai macam minyak wangi khas dari Timur Tengah.
Masjid Langgar Tinggi juga pernah mengalami perluasan bangunan tepatnya pada bulan November tahun 1833 oleh Syekh Said Naum. Beliau merupakan seorang muslim yang kaya raya serta seorang Kapitan Arab untuk wilayah Pekojan. Tak hanya itu saja, beliau juga sering mewakafkan tanahnya untuk dibangun beberapa masjid di Jakarta. Salah satunya adalah masjid Said Namun yang dibangun pada masa pemerintahan Ali Sadikin seorang Gubernur DKI Jakarta.
Dilihat dari arsitektur masjid, masjid Langgar Tinggi ini tidak memiliki gaya yang megah dan mewah. Melainkan terdapat sentuhan dari berbagai gaya Melayu, Eropa Klasik, Tionghoa serta Jawa. Sentuhan gaya Melayu dapat dilihat dari bangunannya yang terbentuk panggung sedangkan pilar bundarnya yang berdiri kokoh menunjukan sisi Eropa Klasik. Kemudian untuk sentuhan dari gaya Cina dapat ditemukan pada bagian penyangga balok-balok kayu tersebut serta untuk dasarnya di ambil dari gaya Jawa. Tak hanya pada bagian panggungnya saja yang berasal dari gaya Melayu tetapi juga pada bagian mimbar masjid pun ternyata mendapatkan sentuhan dari gaya Melayu.
Meskipun bangunan masjid Langgar Tinggi tidak memiliki berbagai hiasan yang megah seperti beberapa masjid modern, tetapi masjid ini memiliki keunikan sendiri. Berada di tempat yang cukup strategis tak heran masjid Langgar Tinggi selalu dipenuhi oleh para jamaah terutama pada bulan suci Ramadhan serta Hari Raya tiba.