Pada artikel sebelumnya kita sudah membahas tentang Masjid Lautze di Jakarta, yang merupakan senior dari Masjid Lautze 2 Bandung yang akan kita bahas kali ini. Akibat kuranya pusat informasi bagi warga etnis Tionghoa yang ingin mencari informasi tentang islam, ataupun ingin berpindah agama, serta kurangnya tempat ibadah khusus bagi warga Tionghoa, maka dibangunlah Masjid Lautze 2 di Bandung yang hingga saat ini dikelola dan dikembangkan oleh Yayasan Haji Kariem Oie (YHKO).
Masjid Lautze 2 Bandung bahkan menjadi masjid pertama di Indonesia yang memanfaatkan media dunia maya, media sosial, sebagai salah satu cara penggalangan dana untuk ummat serta kemakmuran masjid. Masjid Lautze 2 Bandung juga merupakan satu-satunya masjid yang masih menempati sebuah gedung kontrakan di daerah Bandung. Meskipun para pengurus dapat membeli sebidang tanah dan membangun masjid permanen, namun niat tersebut tetap di urungkan mengingat sejarah yang pernah terjadi pada gedung sewa saat ini, yang menjadi saksi bisu perjuangan Etnis Muslim Tionghoa dalam memperjuangkan suatu tempat ibadah yang layak.
Meskipun masih bertahan dengan menggunakan gedung sewa, namun Masjid Lautze 2 Bandung ini sudah memberikan banyak sekali manfaat kepada masyarakat muslim di Bandung dan sekitarnya. Sejak pertama kali didirikan pada tahun 1997 hingga sekarang, lokasi Masjid Lautze 2 tidak pernah berubah, tetap berada di Ruko Kontrakan, Jln. Tamblong No. 27, Bandung, Jawa Barat.
Sejarah Berdirinya Masjid Lautze 2 Bandung
Pendirian Masjid Lautze 2 Bandung tidak bisa lepas dari peran Yayasan Haji Karim Oei, atau yang akan kita singkat menjadi YHKO. YHKO sendiri didirikan pada tahun 1991, berpusat di Jakarta, dan berfungsi sebagai tempat pembinaan para muallaf khususnya dari Etnis Tionghoa.
Pada tahun 1997, tepatnya pada bulan Ramadhan saat itu, Masjid Lautze 2 Bandung mulai diresmikan penggunaannya. Mengambil tempat di sebuah ruko / bangunan bekas toko buku di wilayah Tamblong. Pada saat pertama kali disewa, memang tujuannya bukanlah untuk sebuah masjid, namun lebih sebagai kantor YHKO tersebut. Namun karena masih tersisa ruangan yang cukup, maka ruangan kosong tersebut di renovasi dan digabungkan untuk dijadikan sebagai masjid.
Masjid Lautze 2 Bandung juga beberapa kali mengalami renovasi, seperti yang terjadi pada tahun 2007. Renovasi dilakukan untuk membuat satu kantor terpisah dari ruangan utama masjid (sebelumnya masih satu ruangan). Pemisahan tersebut dilakukan dengan menambah lantai pada tingkat ke-2 sebagai ruang skreatariat yang difungsikan untuk ruang konsultasi.
Kemudian pada pertengahan tahun 2010, sempat terjadi krisis air bersih di masjid ini yang mengharuskan pihak YHKO untuk membuat sumur baru untuk masjid ini. Dari sinilah inisiatif untuk mengumpulkan dana dari jejaring sosial muncul dan merupakan pertama kali yang dilakukan sebuah yayasan masjid.
Akhirnya, berkat donasi yang mayoritas berasal dari Jejaring Sosial tersebut dan juga dari para Dermawan lainnya, pada bulan Juli 2010 sumur pompa yang baru sudah dapat difungsikan secara penuh.
Arsitektur Masjid Lautze 2 Bandung
Masjid Lautze 2 Bandung memiliki ukuran yang tidak terlalu luas, hanya sekitar 7 x 6 meter saja. Arsitektur eksterior dan interior bangunan yang diadopsi merupakan arsitektur Tionghoa dengan balutan Timur Tengah. hampir seluruh bangunannya dihiasi dengan warna merah ccerah, dengan beberapa hiasan kaligrafi, serta beberapa ukiran khas Tionghoa.
Penggunaan Ornamen khas Tionghoa tersebut memang sengaja dilakukan, agar orang Tionghoa tidak perlu sungkan untuk datang ke masjid, meskipun non-muslim. Jadi para pengurus YHKO berharap agar masyarakat Tionghoa tidak perlu malu untuk bertanya tentang Islam jika memang tertarik dengan Dunia Islam.