Masjid yang dibangun dari material lumpur ini berada di kota Djenne, Mali. Bangunan masjid yang unik, sangat berbeda dengan bangunan masjid lainnya yang dibangun dari bahan batu bata dan semen pada umumnya. Masjid Agung Djenne memiliki 3 menara dengan ketinggian 11 meter, semuanya terbuat dari bahan lumpur.
Pada tahun 1906 Masjid Agung Djenne direnovasi total, hingga saat ini Masjid Agung Djenne tetap berdiri kokoh dengan material lumpurnya. Suku Fulani pernah menghancurkan bangunan masjid ini pada tahun 1818, dikala itu bangunan tersebut terlalu megah bagi suku Fulani sehingga kontruksi masjid separuhnya masih bertahan hingga saat ini.
Masjid Agung Djenne memiliki arsitektur gaya Sudan Sahelian. Waktu renovasi tahun 1906 membutuhkan waktu tiga tahun sehingga hasil renovasi sangat memuaskan dengan mempertahankan gaya arsitektur lama. Masjid dengan luas 75 x 75 meter oleh UNESCO dimasukkan kedalam daftar salah satu situs warisan dunia.
Dinding masjid yang terbuat dari batu lumpur dengan lapisan tanah liat memiliki ketebalan yang berbeda-beda sesuai dengan ketinggian dinding. Ketebalan dinding mulai dari 40 cm hingga 60 cm sehingga kokoh dan mampu menahan struktur bangunan masjid. Kayu dari pohon kelapa memperkuat struktur bangunan dari terjadinya perubahan suhu yang terjadi pada lingkungan masjid tersebut. Ada 90 pilar kayu untuk memperkuat bagian atap masjid.
Bangunan tiga menara masjid juga sebagai tanda arah kiblat. Untuk mencapai puncak menara terdapat tangga berbentuk spiral didalamnya. Di dalam masjid ada beberapa ruangan yang disekat oleh dinding, ruangan terbesar adalah ruang utama masjid untuk sholat. Material bangunan masjid sebenarnya rapuh, tetapi dengan seringnya masyarakat merawat bangunan tersebut maka masjid tetap berdiri kokoh.
Perawatan dilakukan dengan cara bergotong royong, para pemuda yang mencari bagian masjid yang retak kemudian di tambal dengan tanah liat kembali secara bergotong royong mulai dari anak-anak hingga orang tua. Masjid selain sebagi tempat ibadah juga sebagai tempat berkumpulnya masyarakat agar tetap bersatu.
Setelah peristiwa seorang model Vogue dengan pakaian tidak pantas berfoto berlatar belakang masjid tersebut, maka hingga sekarang turis sangat terlarang berkunjung di masjid Agung Djenne. Jika ada turis yang masuk mereka harus terseleksi dan ada pemandu yang menemani untuk melihat-lihat masjid tersebut. Masyarakat memberlakukan aturan tersebut agar menjaga kesucian rumah ibadah tersebut.