Masjid Mantingan, Warisan Sejarah Islam di Jepara

Masjid Mantingan, Warisan Sejarah Islam di Jepara

Salah satu masjid tua di Indonesia ini berada di Desa Mantingan Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Masjid Mantingan dibangun pada tahun 1481 Saka atau tahun 1559 M. Sultan Trenggono dari Kesultanan Demak terakhir yang telah membangun Masjid Mantingan. Beliau pernah menjabat sebagai Adipati Jepara dan di beri gelar Sultan Hadiri. Makam beliau berada di dekat Masjid Mantingan yang telah dibangunnya.

Arsitektur

Masjid Mantingan, Warisan Sejarah Islam di Jepara

Masjid Mantingan dibangun ketika budaya Hindu masih sangat kuat melekat pada masyarakat saat itu. Terbukti pada hiasan hiasan dinding pada Masjid Mantingan. Ornamen relief dengan citarasa tinggi melekat pada hiasan dinding Masjid mantingan berupa motif binatang seperti kera, gajah, kijang yang terukir dengan halus pada batuan sejenis batuan kapur yang keras.

gerbang masjid mantingan

Cerita pewayangan Ramayana juga tergambar pada relief yang ada di dinding masjid mantingan seperti Hanoman, Rama, Sinta. Gaya arsitektur Hindu juga terlihat sampai sekarang adalah sebuah bangunan gapura candi bentar. Patih Sungging Badar Duwung adalah pemahat ulung dijamannya, ia adalah pembantu dari Sultan Haldirin. Sehingga di Jepara sekarang masih terkenal dengan kemasyurannya tentang ukiran.

serambi masjid mantingan

Pemugaran yang dilakukan beberapa kali pada Masjid Mantingan membuat beberapa keaslian bangunan hilang. Keaslian bangunan Masjid Mantingan mulai dari dinding yang terbuat dari bata merah, kemudian memiliki atap yang bersusun tiga. Ada tiga pintu utama dan setiap pintu memiliki dua buah daun pintu. Tiga buah pintu ini berfungsi untuk membagi dinding bagian depan menjadi empat bidang. Pada setiap bidangnya tembok memiliki tujuh panel relief yang tersusun rapi dari atas hingga kebawah. Jadi total panel relief yang dimiliki adalah 28 panel relief.

masjid mantingan atap susun satu

Pemugaran pertama dilakukan pada tahun 1927, dan pemugaran yang dilakukan tidak hanya bangunan masjid saja, tetapi kompleks mantingan seluruhnya mengalami pemugaran. Bahan material semen dan kapur membuat keaslian bangunan hilang, namun sebagian relief diletakkan pada serambi masjid. Pemugaran berlangsung kembali dilakukan pada tahun 1978 hingga 1981. Pemugaran kali ini mengakibatkan atap yang semula bersusun tiga menjadi cuma satu saja. Panel relief juga dipindah dengan menambah bidang pada bangunan yang semula empat sekarang menjadi enam bidang.

Relief sebagiannya masih dipasang diserambi masjid, ada yang disimpan di gudang masjid, dan ada juga yang disimpan di Museum Kartini Jepara. Hingga di Museum Ronggowarsito Semarang, Jawa Tengah pun menjadi penyimpanan sebagian relif yang di miliki Masjid Mantingan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *