Masjid Rahmatullah Lampu’uk terletak di Jln. Banda Aceh – Meulaboh, Desa & Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh besar, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Masjid ini juga merupakan masjid yang masih selamat dari terjangan bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda provinsi Aceh pada tahun 2004. Memang sulit membayangkan bagaimana kejadiannya bahwa seluruh bangunan sekitar luluh lantak dengan tanah kecuali beberapa bangunan masjid yang justru masih berdiri kokoh. Masjid Rahmatullah Lampu’uk, Lhoknga, Aceh Besar merupakan salah satu masjid yang masih berdiri kokoh meskipun keseluruhan bangunan pemukiman sekitarnya sudah hancur. Bahkan saking dahsyatnya, bencana gempa dan tsunami tersebut telah merenggut hingga 6.000 jiwa, dan hnya menyisakan 700 jiwa yang hidup saja.
Memang tetap sulit untuk percaya, dimana keseluruhan bangunan pemukiman di sekitar masjid luluh lantak tidak bersisa, dan hanya menyisakan 1 bangunan yang berdiri kokoh, yaitu Masjid Rahmatullah ini. Pemandangan yang tidak biasa, namun sekaligus menunjukkan bahwa jika Allah Tuhan Yang Maha Kuasa berkehendak, apapun bisa terjadi.
Akhirnya, Masjid Rahmatullah ini menjadi salah satu saksi bisu, bagaimana pemulihan kesadaran umat muslim di daerah Aceh Barat dari bencana yang telah menimpanya. Selain Masjid Rahmatullah, ada beberapa masjid lain yang juga masih berdiri dengan kokohnya meskipun telah diterjang gempa dan tsunami berkekuatan tinggi. Sedikitnya ada sekitar 25 masjid selain Masjid Rahmatullah yang masih berdiri, seperti Masjid Baiturrahim Ulee Lheue dan Masjid Raya Teuku Cik Maharaja.
Jika kita mempunyai waktu untuk berkunjung ke Masjid Rahmatullah, kita bisa menemukan beberapa prasasti pembangunan yang menceritakan kapan masjid ini dibangun pertama kali, serta renovasi besar-besaran yang terjadi paska bencara gempa dan tsunami pada tahun 2004. Setelah bencana tsunami selesai, pihak Turki, Khususnya dari Bulan Sabit Merah Turki melakukan renovasi pada masjid ini lengkap dengan beberapa fasilitas pendukungnya, serta membangun kota baru sebagai tempat tinggal bagi penduduk Lhoknga yang masih selamat. Wilayah tersebut kemudian dinamakan dengan “Perkampungan Bulan Sabit Merah – Turki”.
Pada prasasti pertama dijelaskan bahwa Masjid Rahmatullah ini pertama kali dibangun pada tahun 1990 Masehi. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Aceh Besar, Drs. H. Sanusi Wahab, tepatnya pada tanggal 19 Maret 1990.
Proses pembangunan masjid ini membutuhkan waktu sekitar 7 tahun lamannya, selesai dan diresmikan pada tanggal 12 September 1997 Masehi oleh Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh, Prof. Dr. H. Syamsuddin Mahmud.
Sedangkan prasasti yang ketiga cukup unik yaitu dibuat dengan 3 bahasa sekaligus, yaitu Bahasa Indonesia, Inggris, dan Turki, yang menjelaskan tentang pembangunan ulang masjid ini setelah bencana gempa dan tsunami yang melanda daerah Lhoknga tersebut.
Prasasti ke-empat memuat perjalanan singkat sejarah Masjid Rahmatullah dalam tiga bahasa juga, yaitu bahasa Aceh, Inggris, dan Indonesia.
Dalam beberapa prasasti tersebut juga dijelaskan bahwa Masjid ini merupakan satu-satunya bangunan yang masih berdiri pasca bencana gempa dan tsunami melanda aceh.
Meskipun memang menjadi satu-satunya bangunan yang masih berdiri kokoh, namun beberapa bangunan Masjid Rahmatullah juga tidak luput dari beberapa kerusakan dari terjangan gelombang tsunami tersebut. Setelah mengalami beberapa proses perbaikan, masjid ini telah siap kembali untuk difungsikan sebagai pusat peribadatan umat muslim. ada satu sudut ruangan yang memang sengaja dibiarkan rusak dan tidak diperbaiki, tujuannya adalah sebagai pengingat bahwa pernah terjadi suatu bencana yang mengerikan di daerah Lhoknga, sehingga hanya 700 orang selamat dari total 6.000 penduduknya.