Terkenal dengan mayoritas penduduknya umat muslim, tak heran jika disetiap tempat selalu ditemukan beberapa masjid. Berbagai masjid atau mushola mudah ditemukan di Indonesia. Salah satunya terdapat masjid yang umurnya sudah sangat tua. Masjid itu adalah masjid Saka Tunggal letaknya tepat berada di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Masjid yang memiliki nama resmi Saka Tunggal Baitussalam ini hanya memiliki saka atau tiang penyangga tunggal saja. Saka tersebut berada di bagian tengah masjid dengan empat sayap ditengahnya. Dibagian bawah tersebut dilindungi dengan kaca yang berguna untuk melindungi bagian tulisan yang isinya tentang pendirian masjid tersebut.
Masjid Saka Tunggal memiliki ukuran 12 x 18 meter dan menjadi satu-satunya masjid tertua di indonesia, karena masjid ini sudah ada jauh sebelum era Wali Songo. Tepatnya pada tahun 1288 Masehi ini atau 2 abad sebelum adanya Wali Songo.
Ditengah suasana Jawa yang begitu kental, di wilayah masjid ini terdapat kera-kera yang berkeliyaran bebas. Dibagian depan masjid ada halaman cukup luas untuk menampung beberapa kendaraan para jamaah. Di halama masjid tersebut telah disediakan juga tempat untuk berwudhu dan kamar mandi. Jika akan mengunjungi masjid ini membutuhkan waktu yang sedikit lama karena lumayan jauh dikarenakan berada di antara rumah-rumah penduduk. Dibagian belakang masjid ini terdapat komplek pemakaman tua dengan gerbangnya yang bertulisan aksara Jawa. Kawasan ini sudah dijadikan cagar budaya dan secara rutin komplek pemakaman selalu di datangi oleh warga muslim setempat untuk berziarah.
Arsitektur masjid Saka Tunggal Baitussalam terlihat sangat unik karena memiliki empat helai sayap yang berasal dari kayu dan terletak di bagian tengah saka. Dibalik ke empat sayap tersebut ternyata memiliki simbol yang melambangkan ‘papat kiblat lima pancer’ atau empat mata angin dan satu pusat. Hal itu dimaksudkan bahwa manusia sebenarnya sebagai pancer yang dikelilingi oleh empat unsur yaitu api, air, bumi dan angin. Sedangkan saka tunggal melambangkan bahwa orang hidup itu seperti huruf alif. Sesuai hurufnya yang lurus dan tidak boleh bengkok yang artinya tidak boleh nakal, tidak berbohong dan perbuatan buruk lainnya. Maka jika bengkok, bukan lagi disebut manusia.
Selain itu, empat unsur tadi memiliki makna bahwa hidup seharusnya seimbang. Jangan terlalu sering bermain api jika ingin terbakar, jangan terlalu sering bermain air jika tidak ingin tenggelam, jangan terlalu memuja bumi jika tidak ingin terjatuh dan jangan terlalu memuja angin jika tidak ingin terhempas. Selain uraian makna tersebut, terdapat juga arti tentang empat nafsu yang ada pada diri manusia. Yaitu aluamah, mutmainnah, sopiah dan amarah. Keempat nafsu tersebut sangat mempengaruhi watak manusia dan memang harus di sisihkan dari segala segi kehidupan manusia.
Ada dua ukiran yang indah di kayu yang bergambar sinar matahari mirip dengan lempeng mandala. Gambar ukiran tersebut biasanya banyak ditemukan di bangunan-bangunan kuno pada zaman Singosari dan Majapahit. Ciri yang melekat dari masjid ini adalah adanya atap dari ijuk kelapa yang berwarna hitam. Atap seperti itu mengingatkan bangunan terdahulu yang menyerupai bangunan pura di zaman Majapahit. Tempat itu seperti tempat untuk beribadah umat Hindu di Bali. Tempat wudhunya pun masih dipertahankan seperti pada awal didirikannya masjid Saka Tunggal. Tetapi untuk ketahanannya, dinding tempat berwudhu ini telah diganti dengan tembok. Hingga saat ini masjid Saka Tunggal selalu didatangi oleh jamaah terutama di bulan suci Ramadhan dan juga para wisatawan biasanya datang pada saat hari libur.