Di Negara Thailand, tepatnya di provinsi Narathiiwat yang merupakan salah satu dari empat provinsi yang berada di wilayah selatan Thailand, berdirilah sebuah masjid dengan bahan baku kayu yang sudah berumur lebih dari 300 tahun. Masjid itu disebut dengan masjid “Telok Manok” atau juga dikenal dengan nama masjid “Taloh Manoh”, masjid “Wadi Hussein”, masjid “Talo Mano”, dan masjid “Al-Hussein”.
Menurut sejarah yang beredar dimasyarakat, masjid Telok Manok sudah berdiri sejak tahun 1768, dan menjadikannya sebagai masjid tertua di Thailand sampai saat ini. Nama “Telok Manok” sendiri diadopsi dari nama desa tempat dibangunnya masjid ini, sebuah desa kecil yang terletak kurang lebih 25 Km dari ibukota provinsi Narathiwat.
Sedangkan nama “Al-Hussein” diadopsi dari ulama yang telah menyebarkan agama islam pada saat itu didaerah desa Telok Manok. Beliau juga disebut-sebut sebagai pendiri masjid dengan bahan baku kayu tersebut.
Masyarakat sekitar mempercayai bahwa masjid ini telah dibangun pada tahun 1768 di penghujung masa kekuasaan kesultanan “Patani”. Untuk siapa pendirinya memang masih perlu dikaji lebih lanjut, karena sampai saat ini para peneliti juga belum bisa menentukan siapa pendiri masjid tersebut. Namun, masyarakat sekitar mempercayai bahwa ulama yang bernama Wan Hussein Az-Sanawi atau Al-Hussein adalah pendiri atau perenovasi masjid tersebut pada tahun 1960-an. Apalagi, para sejarawan disana telah sepakat bahwa Al-Hussein memang menjadi pendiri masjid tersebut, dilihat dari sejarah bahwa beliau telah memiliki kontribusi besar dalam penyebaran agama islam disana.
Didekat masjid Telok Manok terdapat sebuah sungai dengan air yang sangat jernih dan konon digunakan sebagai tempat berwudhu oleh jamaah Al-Hussein pada zaman dahulu. Hingga kini, masjid Telok Manok masih difungsikan dengan baik sebagai tempat ibadah meskipun usianya sudah sangat tua. Bahkan, renovasi total pun tidak dilakukan oleh warga sekitar, demi mempertahankan nilai sejarah yang dimili masjid ini.
Sedangkan untuk arsitekturnya, masjid inii memiliki perpaduan antara gaya arsitektur Thai, China, dan Melayu. Terdapat ukiran-ukiran mirip bunga pada setiap pintu-pintu kayu, jendela, ventilasi, atap, serta mimbarnya.
Akses jalan untuk menuju masjid ini sangat sempit dengan jalan menanjak. Sedangkan bangunan utama masjid terdiri dari 2 bangunan yang dijadikan satu yang keseluruhannya dibangun seperti rumah panggung / rumah tradisional adat melayu. Biasanya desain rumah panggung tersebut memiliki tujuan untuk menghindari binatang buas serta menghindari kebanjiran akibat iklim yang lembab disana.
Cara pembangunan masjid ini juga tergolong unik, karena mirip dengan teknik pembangunan rumah kayu di tanah jawa dengan sistem tanpa paku besi, hanya menggunakan sistem interloking antara satu kayu dengan yang lainnya. Berbagai hiasan ukiran juga ikut menghiasi bangunan kayu tersebut, mulai dari ukiran tumbuh-tumbuhan, daun, sulur sulum, ukiran bunga serta ukiran-ukiran dengan budaya China.
Bahkan ukiran tersebut juga terdapat pada kayu tiang penopang atap, serta kayu interlocking pada bagian bawah atap.
Renovasi yang terjadi pada masjid Telok Manok ini hanya pada Atapnya, yang semula memakai daun palm, menjadi genteng buatan lokal dalam gaya patani. Bentuk yang paling unik bisa dilihat dari atap masjid, karena memiliki 2 atap yang saling bertumpang tindih, atap kecil diatas atap utama merupakan cerminan dari atap utama. Selain itu, didepan sisi atas atap masjid dibangun sebuah menara kecil sebagai media untuk mengumandangkan adzan.
Meskipun hanya berbahan baku kayu, namun bangunan tersebut dapat bertahan hingga ratusan tahun, dan masih memiliki nilai sejarah dan estetika sendiri. Oleh sebab itu, masyarakat tidak merenovasi total masjid Telok Manok pada bagian selain atapnya.